Jumat, 03 April 2015

IMAN KEPADA ALLAH SWT



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”



1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian Iman?
2.      Pengertian iman  kepada Allah SWT ?
3.      Dalil mengenai Iman kepa Allah SWT
4.      Mengetahui sifat-sifat Allah SWT
5.      Ciri-ciri Iman kepada Allah


1.3  Tujuan

1.      Mahasiswa mengetahui pengertian Iman dan Iman kepada Allah SWT
2.      Mengetahui dalil yang terkait dengan Iman kepada Allah baik bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist
3.      Iman kepada Allah berarti mengetahui sifat-sifat Allah SWT
4.      Mengetahui ciri atau tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah SWT








BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Iman kepada Allah
            Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.Beriman kepada Allah sebagai Khaliq merupakan rukun iman yang pertama.Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
  1. Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
  2. Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
Dalil NaQli yang berkaitan dengan perintah Iman kepada Allah SWT yang artinya sebagai berikut : “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Sedangkan dalil AQli adalah dalil yang digunakna dengan menggunakan akal pikiran manusia seperti berfikir mengenai kebesaran Allah dalam menciptakan bumi dan segala isinya serta keajaiban-keajaiban diluar kemampuan berfikir manusia. Terkait dengan Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama sehinga hal ini harus dilakukan sebagai seorang muslim hal yang terpenting adalah iman kepada Allah. Allah adalah Zat yang maha besar Allah juga memiliki sifat-sifat wajib yang ada pada-Nya yaitu :
1.      Sifat Wajib, adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah swt. sebagai kesempurnaan  bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya maka sifat Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan Al Qur’an dan hadits Nabi saw. (wajib naqli)  diantaranya sebgai berikut:
1)      Allah SWT bersifat wujud Wuj-ud berarti ada. Lawannya adalah ‘adam’ yang berarti tidak ada. Untuk membuktikan adanya Allah, antara lain bisa kita lakukan dengan memerhatikan alam yang ada di sekitar kita. Semua benda, manusia, binatang, langit, bumi, dan segala isinya tentu ada yang menciptakan. Mustahil benda-benda itu muncul dengan sendirinya. Firman Allah yang Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di muka bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pergantian malam dan siang.Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. al-Mu’min- un [23]: 78–80) Allah itu ada dengan Zat-Nya sendiri, mustahil bagi Allah jika Allah tidak ada. Meskipun tidak kelihatan, Allah ada untuk selama-lamanya. Allah merupakan zat gaib yang tidak dapat kita lihat dengan alat indra. Sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Contoh, nyawa. Setiap orang pasti yakin bahwa nyawa itu ada, walaupun belum pernah melihat bentuknya dan merabanya.Begitu juga dengan udara. Semua itu ada dan pengaruhnya juga dapat dirasakan
2)      Allah SWT bersifat Qidam ( Terdahulu ) Qid-am artinya dahulu. Lawannya adalah Hudus  artinya baru. Allah tidak berpermulaan. Sesuatu yang memiliki permulaan, yaitu dari tidak ada menjadi ada, berarti baru. Sesuatu yang baru berarti makhluk. Sedangkan Allah bukan makhluk, melainkan Kh-aliq (Pencipta). Firman Allah yang Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]: 3) Dahulunya Allah tidak seperti dahulunya makhluk. Dahulunya makhluk itu ada permulaannya, yaitu didahului oleh keadaan tidak ada, lalu menjadi ada. Sedangkan Allah, tidak didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada, tetapi sejak dahulu sudah ada dan tanpa permulaan. Oleh karena itu, manusia tidak akan mampu memikirkan kira-kira kapan Allah itu mulai ada. Sebab, Allah itu ada sebelum waktu itu sendiri ada.
3)      Allah SWT bersifat Baqa ( Kekal ) Baqa – ‘ artinya kekal, abadi, dan langgeng selamanya. Lawannya adalah Fana.  artinya rusak, binasa, dan ada batas akhirnya. Semua ciptaan Allah mempunyai kelemahan, perubahan, perkembangan, dan akhirnya musnah tidak ada lagi. Sifat-sifat makhluk tersebut tidak kekal. Sedangkan Allah yang menciptakan makhluk akan tetap ada selama-lamanya, sekalipun semua makhluk telah hancur binasa. Inilah makna dari sifat wajib bagi Allah, yaitu baqa-’. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yangmemiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an [55]: 26–27)
4)      Allah SWT bersifat Mukhalafatul lil hawadisi ( Berbeda dengan makhluk Nya ) Allah memiliki sifat wajib mukha-lafatu lil-hawadisi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah Mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat, perbuatan, ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.
5)      Allah SWT bersifat Qiyamuhu binafsihi / berdiri sendiri, Allah SWT. tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain dalam menciptakan dan memelihara alam semesta. Apabila Allah SWT. memerlukan kekuatan atau bantuan lain berarti Allah SWT lemah. Hal yang seperti mustahil terjadi pada Allah SWT. 
6)      Allah SWT bersifat Wahdaniyah ( Esa ) Allah bersifat wah -daniyyah, artinya bahwa Allah Maha Esa, tidak ada sekutu-Nya. Sifat mustahilnya adalah Ta‘addud,, yang berarti berbilang atau lebih dari satu. Keesaan Allah itu mutlak, artinya Allah Esa dalam sifat dan perbuatan.Esa zat-Nya artinya tidak karena hasil penjumlahan, perkalian, atau segala perhitungan dari macam-macam unsur. Esa sifat-Nya berarti bahwa sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah tidak dapat dipersamakan dengan sifat-sifat yang ada pada Esa perbuatan-Nya, berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mengatur, menguasai, memelihara alam beserta isinya, dan dalam perbuatannya tersebut tidak dicampuri oleh siapa pun juga. Tentang keesaan Allah ini antara lain tertera dalam Al-Qur’an:“ Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”( Q.S. Al Ikhlas ayat 1 – 4)
7)      Allah SWT bersifat Qudrat ( Kuasa ) Allah bersifat qudrat, artinya Mahakuasa atau yang memiliki kekuasaan.Kekuasaan Allah itu mahasempurna, tidak terbatas, dan mutlak. Bahkan,kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki makhluk, sesungguhnya adalah anugerah Allah. Jika Allah menghendaki kekuasaan yang ada pada makhluk tersebut dicabut, maka saat itu juga akan hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat mencegah atau menghalangi kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya yang  Artinya: ”Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah[2]: 20). Lawan dari sifat qudrat atau sifat mustahilnya adalah ‘ajzun’, yang artinya lemah. Allah Mahakuasa dan tidak mungkin lemah. Jika Allah lemah,tentu tidak akan mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya yang begitulengkap dan sulit. Jika Allah tidakMaha kuasa, bagaimana mungkin dapat menciptakan manusia hanya dari setetes air? Bagaimana mungkin menciptakanberbagai jenis buah-buahan yang segar-segar, dan sebagainya?
8)      Allah SWT bersifat Iradat ( Berkehendak ) Allah bersifat ir-adat artinya mempunyai kehendak dan dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Sifat mustahilnya adalah karahah, yang berarti terpaksa. Mustahil bagi Allah merasa terpaksa dalam melaksanakan semua kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak, Dia pasti berbuat atas kehendak sendiri tanpa ada kekuatan lain yang mampu memaksa-Nya. Manusia juga mempunyai kehendak. Tetapi, untuk mencapai kehendak tersebut manusia sering dipengaruhi, dibantu, bahkan ditentukan oleh pihak pihak lain. Yang pasti, kehendak dan keinginan manusia berada di bawah kendali kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan apa yang terjadi atas diri manusia. Jika Allah menghendaki sesuatu atas makhluk-Nya, maka pasti akan terjadi.Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia  ( Q.S. Yasin ayat 82)
9)      Allah SWT bersifat Ilmu ( Mengetahui ) Allah bersifat ‘ilmu, artinya Allah wajib bersifat pandai atau mengetahui.Pengetahuan dan kepandaian Allah tidak terbatas. Allah mengetahui segalanya, kecil besar, jauh dekat, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sifat mustahilnya adalah  jahlun , artinya mustahil Allah bersifat bodoh. Jika Allah bersifat bodoh, tentu tidak akan mampu menciptakan keteraturan alam. Allah yang menciptakan sesuatu, Dia pulalah yang mengatur dan mengetahuinya. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Hujurat ayat 18 )
10)  Allah SWT bersifat Hayat ( Hidup ) Allah bersifat hay-at, artinya hidup. Hidup Allah tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Dia tidak pernah mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Itulah bedanya dengan hidupnya manusia. Allah hidup dengan sendirinya, tanpa ada yang menghidupkan. Sedangkan manusia dihidupkan oleh Allahdengan memberikannya nyawa. Sifat mustahil atau lawan dari sifat .hayat adalah maut , yang berarti mati. Apabila Allah mati, maka langit, bumi, bintang-bintang, serta yang lain pasti akan mengalami kekacauan, saling bertabrakan dan sebagainya, sebab pengaturnya telah tiada. Allah tidak pernah mati, Dia hidup selama-selamanya. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Q.S. Al Baqarah ayat 255 )
11)  Allah SWT bersifat Sama ( Mendengar ) Allah wajib bersifat sama‘ artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun, artinya tuli. Pendengaran Allah itu sempurna dan tidak terbatas.Allah dapat mendengar semua jenis suara, baik yang gaib maupun terang, baik yang dekat maupun jauh. Bahkan Allah dapat mendengar bisikan hati manusia dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maida :76) Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran manusia. Manusia mendengar dengan menggunakan alat, yaitu telinga yang diberikan Allah. Tidak semua suara dapat didengar oleh manusia. Sedangkan Allah mendengar dengan pendengaran-Nya yang sempurna. Jika seluruh manusia yang ada di bumi secara bersamaan memohon kepada Allah, maka semua permohonan tersebut pasti didengar-Nya, walaupun permohonan itu hanya dengan bisikan batin.
12)  Allah SWT bersifat Basar Allah bersifat ba.sar, artinya Maha Melihat. Sifat mustahilnya yaitu ‘umyun’, yang berarti buta. Allah telah menciptakan makhluk-Nya dapat melihat. Maka pastilah Dia sendiri mempunyai sifat Maha Melihat. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari penglihatan Allah. Oleh karena itu, manusia harus berhati-hati dalam berbuat. Allah berfirman: ” Sesungguhnya dia Maha melihat segala sesuatu “ ( Q.S. Al Mulk ayat 19 )
13)  Allah SWT bersifat Kalam Allah bersifat kal-am, artinya Allah mampu berfirman atau berbicara. Sifat mustahilnya adalah bukmun, artinya bisu. Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka dapat mengolah dan memakmurkannya. Untuk kepentingan ini, Allah telah menurunkan petunjuk dan pedoman bagi manusia berupa wahyu seperti Al-Qur’an serta kitab-kitab lainnya.Inilah bukti bahwa Allah memiliki sifat kal-am (berbicara). Berbicaranya Allah tentu tidak sama dengan cara berbicaranya manusia. Bagaimana Allah berbicara? Hal itu berada di luar jangkauan kemampuan akal manusia. Yang jelas, sebagai orang mukmin kita wajib meyakini kebenaran sifat Allah tersebut Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung  ( Q.S. An Nisa : 164 )
14)  Qadiran, Allah bersifat Qadiran artinya maha kuasa atas segala sesuatu atas kehendaknya
15)  Muridan, Allah bersifat Muridan artinya maha berkehendak atas segala sesuatu
16)  A’liman, Allah bersifat A’liman artinya maha mengetahui tidak seperti makhluk yang lainnya  Allah mengetahui yang sebelum dan yang akan datang
17)  Hayan, Allah bersifat Hayan artinya maha hidup, Allah tidak akan mati seperti makhluk yang lain
18)  Sami’an, Allah bersifat Sami’an artinya maha mendengar, allah selalu mendengarkan apapun Allah tidak tuli
19)  Basiran, Allah bersifat Basiran artinya Allah maha melihat segala seuatu yang Nampak dan tidak Nampak Allah tidak pernah buta
20)  Mutakaliman, Allah bersifat Mutakaliman allah maha berkata-kata Allah tidak bisu dengan kata-katanya yang terdapat didalam kitab Al-Qur’an
2.      Sifat Mustahil, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat sifat yang buruk yang tidak mungkin ada pada diri Allah sifat sifat kebalikan dari sifat wajib Allah

3.      Sifat Jaiz, yaiu sifat yang serba mungkin bagi Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya. 
2.2       Tanda-tanda adanya Allah SWT
1)     Langit terdiri dari beberapa rasi bintang yang masing-masingnya mempunyai aturan sendiri yang mengikat mereka satu sama lain;hukum dan atura tata surya yang berjalan secara pasti dan tetap itulah yang membuat benda-benda langit tidak saling berbenturan.Hal ini menunjukan kepada kita ada yang membuatnya yaitu Allah swt.
2)     Jika diperhatikan keadaan bumi yang terletak di udara lepas,tidak ada tempat bergantung ,berpijak dan bertekan maka hal ini membuktikan adanya Tuhan.
3)     Apabila diperhatikan pergiliran siang dan malam dan pertukaran musim,maka hal ini pun menandakan adanya Tuhan.
4)     Apabila diperhatikan keadaan angin dan udara, siapakah yang mengendalikan angin-angin itu,yang berhembus ke timur dan ke barat silih berganti,terkadang membawa hujan,terkadang topan,juga membuktikan adanya Tuhan yaitu Allah swt.
5)     Awan yang dari uap yang dinaikan oleh panas matahari,kemudian berkumpul menjadi tebal,kemudian turun menjadi hujan menyirami bumi di tempat-tempat tertentu juga menjadi bukti tentang adanya tuhan Allah swt
6)     Allah mengatur seluruh kehidupan manusia mulai dari hidup,mati,rezeki dll
2.3       Fungsi iman kepada Allah
            Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik. Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini. 
1)      Menyadari bahwa segala yang dinikmati berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sikap ini menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT
2)      Menyadari bahwa yang hidup pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan manusia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini. 
3)      Merasa bahwa segala tindakan yang dilakukan selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Manusia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iman menurut bahasa,kata iman berarti percaya.Sedangkan menurut pengertian istilahi,khususnya dalam perspektif islam,iman adalah memercayai dan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,baik yang berkenaan dengan akidah,ibadah maupun muamalah.pngertian iman disepakati bahwa iman yang benar adalah harus diyakini dalam hati,diikrarkan melalui lisan dan dimanifestasikan dalam tindakan yang berupa pelaksanaan ibadah dan amal saleh. Menurut golongan Mutakalimin iman adalah pembenaran dalam hati,penuturan menurut lisan dan pengamalan oleh anggota badan. Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
  1. Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
  2. Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
Allah juga memiliki sifat-sifat wajib, Sifat Wajib, adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah swt. sebagai kesempurnaan  bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya maka sifat Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan Al Qur’an dan hadits Nabi saw. Selain itu  Allah juga memiliki sifat yang mustahil yaitu kebalikan dari sifat wajib, kemudian Allah juga memiliki sifat Jaiz yang artinya yaiu sifat yang serba mungkin bagi Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar