BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iman
secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i,
iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh
sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah
dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama
selainnya. Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati,
perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di
atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS.
Al Fath [48] : 4
Imam
Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah
dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab
kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan
amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu
orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka
berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan
berkurang.”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Iman?
2. Pengertian
iman kepada Allah SWT ?
3. Dalil
mengenai Iman kepa Allah SWT
4. Mengetahui
sifat-sifat Allah SWT
5. Ciri-ciri
Iman kepada Allah
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa
mengetahui pengertian Iman dan Iman kepada Allah SWT
2. Mengetahui
dalil yang terkait dengan Iman kepada Allah baik bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist
3. Iman
kepada Allah berarti mengetahui sifat-sifat Allah SWT
4. Mengetahui
ciri atau tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah SWT
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman kepada
Allah
Kata iman berasal
dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, iman adalah
membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan
Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin
(orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.Beriman kepada Allah sebagai Khaliq merupakan rukun iman yang
pertama.Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
- Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
- Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
Dalil NaQli yang berkaitan dengan
perintah Iman kepada Allah SWT yang artinya sebagai berikut : “Wahai orang-orang yang beriman.
Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al
Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Sedangkan
dalil AQli adalah dalil yang digunakna dengan menggunakan akal pikiran manusia
seperti berfikir mengenai kebesaran Allah dalam menciptakan bumi dan segala
isinya serta keajaiban-keajaiban diluar kemampuan berfikir manusia. Terkait
dengan Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama sehinga hal ini
harus dilakukan sebagai seorang muslim hal yang terpenting adalah iman kepada
Allah. Allah adalah Zat yang maha besar Allah juga memiliki sifat-sifat wajib
yang ada pada-Nya yaitu :
1. Sifat Wajib, adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah swt.
sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat
diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya maka sifat Allah wajib diyakini
dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan Al Qur’an
dan hadits Nabi saw. (wajib naqli) diantaranya sebgai berikut:
1)
Allah SWT bersifat wujud Wuj-ud berarti
ada. Lawannya adalah ‘adam’ yang berarti tidak ada. Untuk membuktikan
adanya Allah, antara lain bisa kita lakukan dengan memerhatikan alam yang ada
di sekitar kita. Semua benda, manusia, binatang, langit, bumi, dan segala
isinya tentu ada yang menciptakan. Mustahil benda-benda itu muncul dengan sendirinya.
Firman Allah yang Artinya: Dan
Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani,
tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan
mengembangbiakkan kamu di muka bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pergantian malam dan siang.Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. al-Mu’min- un
[23]: 78–80) Allah itu ada dengan Zat-Nya sendiri, mustahil bagi Allah jika
Allah tidak ada. Meskipun tidak kelihatan, Allah ada untuk selama-lamanya.
Allah merupakan zat gaib yang tidak dapat kita lihat dengan alat indra. Sesuatu
yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Contoh, nyawa. Setiap orang pasti
yakin bahwa nyawa itu ada, walaupun belum pernah melihat bentuknya dan
merabanya.Begitu juga dengan udara. Semua itu ada dan pengaruhnya juga dapat
dirasakan
2)
Allah SWT bersifat Qidam ( Terdahulu ) Qid-am
artinya dahulu. Lawannya adalah Hudus artinya baru. Allah
tidak berpermulaan. Sesuatu yang memiliki permulaan, yaitu dari tidak ada
menjadi ada, berarti baru. Sesuatu yang baru berarti makhluk. Sedangkan Allah
bukan makhluk, melainkan Kh-aliq (Pencipta). Firman Allah yang Artinya: Dialah Yang Awal,
Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S.
al-Hadid [57]: 3) Dahulunya Allah tidak seperti dahulunya makhluk. Dahulunya
makhluk itu ada permulaannya, yaitu didahului oleh keadaan tidak ada, lalu menjadi
ada. Sedangkan Allah, tidak didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada, tetapi
sejak dahulu sudah ada dan tanpa permulaan. Oleh karena itu, manusia tidak akan
mampu memikirkan kira-kira kapan Allah itu mulai ada. Sebab, Allah itu ada
sebelum waktu itu sendiri ada.
3)
Allah SWT bersifat Baqa ( Kekal ) Baqa – ‘ artinya
kekal, abadi, dan langgeng selamanya. Lawannya adalah Fana. artinya
rusak, binasa, dan ada batas akhirnya. Semua ciptaan Allah mempunyai kelemahan,
perubahan, perkembangan, dan akhirnya musnah tidak ada lagi. Sifat-sifat
makhluk tersebut tidak kekal. Sedangkan Allah yang menciptakan makhluk akan
tetap ada selama-lamanya, sekalipun semua makhluk telah hancur binasa. Inilah
makna dari sifat wajib bagi Allah, yaitu baqa-’. Hal ini ditegaskan oleh Allah
dalam firman-Nya Artinya: Semua
yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yangmemiliki kebesaran
dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an
[55]: 26–27)
4)
Allah SWT bersifat Mukhalafatul lil hawadisi ( Berbeda
dengan makhluk Nya ) Allah memiliki sifat wajib mukha-lafatu
lil-hawadisi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat
mustahilnya atau lawannya adalah Mumasalatu lil hawadisi. yang berarti
mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah
berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat, perbuatan, ucapan,
dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya.
Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang
dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama
dengan benda-benda ciptaannya itu.
5)
Allah SWT bersifat Qiyamuhu binafsihi
/ berdiri sendiri, Allah
SWT. tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain dalam menciptakan dan
memelihara alam semesta. Apabila Allah SWT. memerlukan kekuatan atau bantuan
lain berarti Allah SWT lemah. Hal yang seperti mustahil terjadi pada Allah
SWT.
6)
Allah SWT bersifat Wahdaniyah ( Esa ) Allah
bersifat wah -daniyyah, artinya bahwa Allah Maha
Esa, tidak ada sekutu-Nya. Sifat mustahilnya adalah Ta‘addud,, yang
berarti berbilang atau lebih dari satu. Keesaan Allah itu mutlak, artinya Allah
Esa dalam sifat dan perbuatan.Esa zat-Nya
artinya tidak karena hasil penjumlahan, perkalian, atau segala perhitungan dari
macam-macam unsur. Esa sifat-Nya berarti bahwa sifat-sifat kesempurnaan bagi
Allah tidak dapat dipersamakan dengan sifat-sifat yang ada pada Esa
perbuatan-Nya, berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mengatur,
menguasai, memelihara alam beserta isinya, dan dalam perbuatannya tersebut tidak
dicampuri oleh siapa pun juga. Tentang keesaan Allah ini antara lain tertera
dalam Al-Qur’an:“ Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”( Q.S. Al
Ikhlas ayat 1 – 4)
7)
Allah SWT bersifat Qudrat ( Kuasa ) Allah
bersifat qudrat, artinya Mahakuasa atau yang memiliki
kekuasaan.Kekuasaan Allah itu mahasempurna, tidak terbatas, dan mutlak.
Bahkan,kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki makhluk, sesungguhnya adalah
anugerah Allah. Jika Allah menghendaki kekuasaan yang ada pada makhluk tersebut
dicabut, maka saat itu juga akan hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat
mencegah atau menghalangi kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya yang Artinya:
”Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S.
al-Baqarah[2]: 20). Lawan dari sifat qudrat atau sifat mustahilnya
adalah ‘ajzun’, yang artinya lemah. Allah Mahakuasa dan tidak mungkin
lemah. Jika Allah lemah,tentu tidak akan mampu menciptakan langit dan bumi
beserta isinya yang begitulengkap dan sulit. Jika Allah tidakMaha kuasa,
bagaimana mungkin dapat menciptakan manusia hanya dari setetes air? Bagaimana
mungkin menciptakanberbagai jenis buah-buahan yang segar-segar, dan sebagainya?
8)
Allah SWT bersifat Iradat ( Berkehendak ) Allah
bersifat ir-adat artinya mempunyai kehendak dan dapat melakukan apa saja
yang dikehendaki-Nya. Sifat mustahilnya adalah karahah, yang berarti
terpaksa. Mustahil bagi Allah merasa terpaksa dalam melaksanakan semua
kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak, Dia pasti berbuat atas kehendak sendiri
tanpa ada kekuatan lain yang mampu memaksa-Nya. Manusia juga mempunyai
kehendak. Tetapi, untuk mencapai kehendak tersebut manusia sering dipengaruhi, dibantu,
bahkan ditentukan oleh pihak pihak lain. Yang pasti, kehendak dan keinginan
manusia berada di bawah kendali kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan apa
yang terjadi atas diri manusia. Jika Allah menghendaki sesuatu atas
makhluk-Nya, maka pasti akan terjadi.Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia
menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah
ia ( Q.S. Yasin ayat 82)
9)
Allah SWT bersifat Ilmu ( Mengetahui ) Allah
bersifat ‘ilmu, artinya Allah wajib bersifat pandai atau mengetahui.Pengetahuan
dan kepandaian Allah tidak terbatas. Allah mengetahui segalanya, kecil besar,
jauh dekat, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sifat mustahilnya adalah jahlun , artinya mustahil Allah
bersifat bodoh. Jika Allah bersifat bodoh, tentu tidak akan mampu menciptakan
keteraturan alam. Allah yang menciptakan sesuatu, Dia pulalah yang mengatur dan
mengetahuinya. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.
dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Hujurat ayat 18 )
10) Allah
SWT bersifat Hayat ( Hidup ) Allah bersifat hay-at, artinya hidup.
Hidup Allah tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Dia tidak pernah
mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Itulah bedanya dengan hidupnya
manusia. Allah hidup dengan sendirinya, tanpa ada yang menghidupkan. Sedangkan
manusia dihidupkan oleh Allahdengan memberikannya nyawa. Sifat mustahil atau
lawan dari sifat .hayat adalah maut , yang berarti mati. Apabila Allah
mati, maka langit, bumi, bintang-bintang, serta yang lain pasti akan mengalami
kekacauan, saling bertabrakan dan sebagainya, sebab pengaturnya telah tiada.
Allah tidak pernah mati, Dia hidup selama-selamanya. Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Q.S. Al Baqarah ayat
255 )
11) Allah
SWT bersifat Sama ( Mendengar ) Allah wajib bersifat sama‘ artinya
mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun, artinya tuli. Pendengaran
Allah itu sempurna dan tidak terbatas.Allah
dapat mendengar semua jenis suara, baik yang gaib maupun terang, baik yang
dekat maupun jauh. Bahkan Allah dapat mendengar bisikan hati manusia dan
Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maida :76)
Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran manusia. Manusia mendengar
dengan menggunakan alat, yaitu telinga yang diberikan Allah. Tidak semua suara
dapat didengar oleh manusia. Sedangkan Allah mendengar dengan pendengaran-Nya
yang sempurna. Jika seluruh manusia yang ada di bumi secara bersamaan memohon
kepada Allah, maka semua permohonan tersebut pasti didengar-Nya, walaupun
permohonan itu hanya dengan bisikan batin.
12) Allah
SWT bersifat Basar Allah bersifat ba.sar, artinya Maha
Melihat. Sifat mustahilnya yaitu ‘umyun’, yang berarti buta. Allah telah
menciptakan makhluk-Nya dapat melihat. Maka pastilah Dia sendiri mempunyai
sifat Maha Melihat. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari
penglihatan Allah. Oleh karena itu, manusia harus berhati-hati dalam berbuat.
Allah berfirman: ” Sesungguhnya dia Maha melihat segala sesuatu “ ( Q.S. Al
Mulk ayat 19 )
13) Allah
SWT bersifat Kalam Allah bersifat kal-am, artinya Allah mampu
berfirman atau berbicara. Sifat mustahilnya adalah bukmun, artinya bisu.
Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka dapat mengolah dan
memakmurkannya. Untuk kepentingan ini, Allah telah menurunkan petunjuk dan
pedoman bagi manusia berupa wahyu seperti Al-Qur’an serta kitab-kitab
lainnya.Inilah bukti bahwa Allah memiliki sifat kal-am (berbicara).
Berbicaranya Allah tentu tidak sama dengan cara berbicaranya manusia. Bagaimana
Allah berbicara? Hal itu berada di luar jangkauan kemampuan akal manusia. Yang
jelas, sebagai orang mukmin kita wajib meyakini kebenaran sifat Allah tersebut Allah
Telah berbicara kepada Musa dengan langsung ( Q.S. An Nisa : 164 )
14) Qadiran, Allah bersifat Qadiran artinya
maha kuasa atas segala sesuatu atas kehendaknya
15) Muridan, Allah bersifat Muridan artinya
maha berkehendak atas segala sesuatu
16) A’liman, Allah bersifat A’liman artinya
maha mengetahui tidak seperti makhluk yang lainnya Allah mengetahui yang sebelum dan yang akan
datang
17) Hayan, Allah bersifat Hayan artinya
maha hidup, Allah tidak akan mati seperti makhluk yang lain
18) Sami’an, Allah bersifat Sami’an artinya
maha mendengar, allah selalu mendengarkan apapun Allah tidak tuli
19) Basiran, Allah bersifat Basiran artinya
Allah maha melihat segala seuatu yang Nampak dan tidak Nampak Allah tidak
pernah buta
20) Mutakaliman, Allah bersifat Mutakaliman
allah maha berkata-kata Allah tidak bisu dengan kata-katanya yang terdapat
didalam kitab Al-Qur’an
2. Sifat Mustahil, yaitu sifat yang
tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat
sifat yang buruk yang tidak mungkin ada pada diri Allah sifat sifat kebalikan
dari sifat wajib Allah
3. Sifat Jaiz, yaiu sifat yang serba
mungkin bagi Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang
dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak
ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti
ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya
memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu
berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu
atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
2.2 Tanda-tanda adanya
Allah SWT
1) Langit
terdiri dari beberapa rasi bintang yang masing-masingnya mempunyai aturan
sendiri yang mengikat mereka satu sama lain;hukum dan atura tata surya yang
berjalan secara pasti dan tetap itulah yang membuat benda-benda langit tidak
saling berbenturan.Hal ini menunjukan kepada kita ada yang membuatnya yaitu
Allah swt.
2) Jika diperhatikan keadaan bumi yang
terletak di udara lepas,tidak ada tempat bergantung ,berpijak dan bertekan maka
hal ini membuktikan adanya Tuhan.
3) Apabila diperhatikan pergiliran
siang dan malam dan pertukaran musim,maka hal ini pun menandakan adanya Tuhan.
4) Apabila diperhatikan keadaan angin
dan udara, siapakah yang mengendalikan angin-angin itu,yang berhembus ke timur
dan ke barat silih berganti,terkadang membawa hujan,terkadang topan,juga
membuktikan adanya Tuhan yaitu Allah swt.
5) Awan
yang dari uap yang dinaikan oleh panas matahari,kemudian berkumpul menjadi
tebal,kemudian turun menjadi hujan menyirami bumi di tempat-tempat tertentu
juga menjadi bukti tentang adanya tuhan Allah swt
6) Allah
mengatur seluruh kehidupan manusia mulai dari hidup,mati,rezeki dll
2.3 Fungsi iman kepada Allah
Fungsi
iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman
tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang
kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik. Fungsi iman kepada
Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini.
1) Menyadari
bahwa segala yang dinikmati berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Sikap ini menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa
bersyukur kepada Allah SWT
2) Menyadari
bahwa yang hidup pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala
amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan manusia senantiasa
berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini.
3) Merasa
bahwa segala tindakan yang dilakukan selalu dilihat oleh Allah yang Maha
Mengetahui dan Maha Melihat. Manusia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang
buruk karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Iman menurut
bahasa,kata iman berarti percaya.Sedangkan menurut pengertian istilahi,khususnya
dalam perspektif islam,iman adalah memercayai dan mengikuti segala apa yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW,baik yang berkenaan dengan akidah,ibadah maupun
muamalah.pngertian iman disepakati bahwa iman yang benar adalah harus diyakini dalam
hati,diikrarkan melalui lisan dan dimanifestasikan dalam tindakan yang berupa
pelaksanaan ibadah dan amal saleh. Menurut golongan Mutakalimin iman adalah
pembenaran dalam hati,penuturan menurut lisan dan pengamalan oleh anggota
badan. Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
- Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
- Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
Allah juga memiliki sifat-sifat wajib, Sifat Wajib, adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah swt. sebagai kesempurnaan bagi-Nya.
Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya
maka sifat Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan Al Qur’an dan hadits Nabi saw. Selain
itu Allah juga memiliki sifat yang
mustahil yaitu kebalikan dari sifat wajib, kemudian Allah juga memiliki sifat Jaiz
yang artinya yaiu sifat yang serba mungkin bagi Allah sesuai dengan
kehendak-Nya. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang
dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak
ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti
ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya
memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar